Senin, 31 Mei 2010

Panca Sila

Pada tanggal 1 Juni 1945, Bung Karno Bapak Kemerdekaan Republik Indonesia dan Pendiri Negara ini, diusia 44 tahun kurang 5 hari menyampaikan Dasar Negara yang akan didirikan, yang kemudian hari disebut Panca Sila.

Panca Sila sudah dikesampingkan oleh generasi sekarang yang disebut Era Reformasi atau Era Pembuatan Undang-Undang, sedemikian banyaknya Undang-Undang sampai alat vitalpun diundang-undangkan, dan Rakyat menjadi bingung. Mengapa Panca Sila menjadi tersisih? Penyebabnya adalah pengganti Bung Karno yaitu Soeharto menjadikan Panca Sila tameng dari Tera Korupsi yang dia lakukan bersama kroni-kroninya.

Soeharto melaksanakan Panca Sila berdasarkan lambang-lambangnya. Lima usur dalam Panca Sila sebenarnya adalah suatu kenyataan atau lebih dalam lagi disebut Kasunyataan.

Unsur pertama TUHAN mengadakan MANUSIA dengan sifat kemanusiaannya bukan sifat binatang atau lainnya bahkan ditegaskan yang adil dan beradab, bukan biadab. Manusia beranak pinak menjadi banyak dan mereka berkelompok membentuk PERSATUAN.  Setelah bersatu mereka menjadi RAKYAT  yang memerlukan aturan dan tatanan serta pemimpin. Tujuan semua itu adalah untuk KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA atau lebih mudahnya KESEJAHTERAAN RAKYAT.
Ketika memimpin Indonesia Soeharto melaksanakan Panca Sila secara murni sesuai dengan lambang-lambangnya, sebagai berikut.

Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dilambangkan dengan Bintang yang diartikan Tuhannya bangsa Indonesia sangat jauh dan tinggi sekali  setinggi bintang dilangit, jadi tidak tahu dan tidak perlu tahu apa yang dia lakukan terhadap bangsa ini. Apa yang saya lakukan terhadap Negara dan Bangsa ini terserah saya, toh saya Jenderal Berbintang Empat yang kemudia ditambah lagi satu.

Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab dilambangkan dengan Rantai tidak tanggung-tanggung Rantai Emas. Yang diartikan sifat-sifat Kemanusiaan atau Kamanungsan bangsa Indonesia harus dirantai dengan Rantai Emas. Keserakahan atau korupsi yang bahasa kasarnya MALING karena dikemas dan dibungkus  sedemikian rupa, seperti contohnya dengan uang korupsi mendirikan tempat-tempat ibadah dan lain-lain sehingga menjadi indah seindah Rantai Emas yang bergelayutan di leher Ibu-ibu Dharma Wanita. Akhirnya timbulah istilah KORUPSI SUDAH MEMBUDAYA di Indonesia. Jadi korupsi di Negara kita adalah hasil cipta karya Bangsa Indonesia yang indah, padahal yang benar adalah KORUPSI SUDAH MEMBIADAB di Negara kita. Lihat saja ketika presiden akan memilih anggota kabinetnya atau akan mengganti mentrinya, banyak kalangan menantinya dengan berdebar-debar; ketika ada diantara mentri yang terpilih adalah teman atau keluarganya mereka akan berteriak gembira atau langsung tiarap bersujud syukur; dan di kepala mereka sudah ada ada berbagai macam rencana. Ucapan selamat pun dipasang di koran-koran padahal kalau uang untuk iklan tersebut yang jumlahnya tidak sedikit diberikan kepada fakir miskin atau untuk memodali sektor informal akan lebih bermanfaat.

Sila Persatuan Indonesia dilambangkan dengan Pohon Beringin.  Dikalangan Rakyat kebanyakan, pohon beringin adalah untuk menakut-nakuti anak kecil yang rewel, karena di pohon beringin banyak setannya katanya. Rakyat Indonesia harus ditakut-takuti kalau rewel mau protes atau demo akan di dorr. Bangsa Indonesia harus bersatu mendukung Soeharto kalau tidak mau di dorr atau saya gebug.

Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan dilambangkan dengan Banteng. Rakyat Indonesia dalam memilih pemimpin atau wakilnya di DPR yang pelaksanaannya melalui parpol kecuali Golkar karena Golkar bukan partai katanya, harus diadu seperti banteng aduan. Petiga (PPP) diadu diacak-acak demikian juga PDI yang lambangnya sudah sesuai yaitu banteng aduan. Setelah kedua partai tersebut dibuat banteng aduan mati atau kecapaian yang tinggal adalah Pohon Beringin yang penghuninya siap menakut-nakuti atau menyembelih banteng aduan sebagai qurban.

Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia dilambangkan dengan Padi dan Kapas yang berarti Rakyat Indonesia hanya perlu dicukupi makannya dan berpakaian, Rakyat kita tidak perlu rumah apalagi mobil atau lainnya, yang penting tidak telanjang dan beras tidak kurang. Untuk melaksanakan Sila kelima ini dibentuklah Bulog yang bebas pajak dan berbagai hak-hak istimewanya. Soeharto akan marah besar apabila Bulog gagal menyediakan beras.

Karena keserakahan Soeharto dengan Orde Barunya maka jatuhlah ekonomi Indonesia yang dilanda krisis berkepanjangan. Daripada dia bertahan yang akan berakibat mengurangi pundi-pundi yang sudah dia kumpulkan selama 32 tahun dan akhirnya dijatuhkan yang bisa berakibat fatal maka Soeharto memilih mundur dengan istilah kerennya lengser keprabon. Dengan lengser keprabon dia bisa melakukan gerelia dengan pundi-pundinya, para pengikutnya dan rahasia penggantinya beserta hampir seluruh pejabat baik sipil maupun militer yang dia punya. Dia meniru George Soros.

Reformasi yang terjadi tahun 1998 dikemas lagi oleh para penerus orde baru sehingga hasilnya seperti sekarang ini, tetap bangsa ini dijajah oleh para kapitalis. Penjajah ini memiliki senjata seperti undang-undang, media masa baik cetak maupun elekronik. Rakyat Indonesia ibarat ayam kelaparan di lumbung padi.

Akhir-akhir ini Bunda Alam Semesta membersihkan ladangnya di Indonesia dengan cara bermain catur, kita yang sadar harus tetap meningkatkan kesadaran kita, biarlah mereka yang tidak sadar menjadi bidak-bidak catur, walaupun jadi raja atau mentri toh akhirnya dimasukan kotak juga. Kita menonton dan tetap berkarya dan berbudaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ngening