Kamis, 15 April 2010

TAN MALAKA - MUSLIHAT

I. Suasana

A. IKLIM PERJUANGAN

Republik Indonesia yang didirikan pada tanggal 17 Agustus 1945 berada dalam perjuangan yang hebat dahsyat. Percakapan yang berhubungan dengan Indonesia Merdeka diteruskan oleh MR. APAL, TOKE, DENMAS, PACUL, dan GODAM. Dalam hal merundingkan muslihat yang patut dijalankan ini pun nyata bahwa masing-masing pembicara terkungkung oleh sifat golongan sendiri-sendiri.

SI PACUL : Merdeka!

BERSAMA : Merdeka, Cul! Perubahan besar, Cul, buat engkau dari ucapan selamat pagi, apa kabar sampai merdeka! Kami kira engkau akan menyerbu dengan Kyai Kebal ke Surabaya! Sudahkah engkau terima jimat dan berkahnya Kyai Kebal. Mukamu berseri seperti baja saja, penuh kepercayaan.
SI PACUL : Betul saya percaya tetapi tidak atas kekebalan diriku sendiri. Saya percaya atas kekebalan 70 juta rakyat Indonesia. Asal saja semua syarat perjuangan dipahamkan dan MUSLIHAT dijalankan 70.000.000 manusia takkan dapat dijajah kembali.

SI TOKE : Apa kabar yang paling akhir? Bagaimana keadaan kita sekarang?

SI PACUL : Saya juga bukan ahli, Kek! Saya juga mendapat pertanyaan dari surat kabar dan radio. Tetapi semalam kebetulan berjumpa beberapa teman yang baru kembali dari semua medan pertempuran kecuali dari seberang.

SI TOKE : Kabarkan, Cul, bagaimana keadaan pertempuran kita?

SI PACUL : Bermula marilah kita sebentar mengheningkan cipta buat ribuan rakyat dan prajurit perwira Indonesia yang tewas dalam medan pertempuran. Kedua, marilah kita peringatkan pula bahwa kini tiga setengah bulan Republik Indonesia berdiri. Bandingkanlah perubahan jiwa Rakyat Indonesia, di masa 3½ abad di bawah telapak imperialisme Belanda dan 3½ tahun di bawah telapak imperialisme Jepang dengan 3½ bulan di bawah iklim kemerdekaan.

SI TOKE : Berbeda Cul, seperti siang dan malam. Jiwa berserah sekarang menjadi jiwa dinamis berontak. Semangat takluk dan percaya pada pimpinan asing, sekarang bertukar menjadi semangat melawan dan percaya pada pimpinan negara sendiri, sama diri sendiri, bahkan sama tombak bambu dan golok sendiri. Siapa sangka Cul, penjelmaan yang begitu besar bisa terjadi dalam tempo sependek itu.

MR. APAL : Baru saja saya kembali dari perjalanan dari Anyar ke Surabaya. Terlampau melebihi kalau saya katakan bahwa sepanjang jalan tiap-tiap km diperhentikan. Oleh siapa? Bukan oleh musuh polisi Belanda atau kempei Jepang. Melainkan oleh rakyat jelata Indonesia atas dorongan kalbunya sendiri. Siang malam mereka berjaga-jaga mengawasi mata-mata musuh yang memang berkeliaran mencari-cari kelemahan.

DENMAS : Di masa Diponogoro cuma rakyat Jawa Tengah saja yang berjuang, tak pula seluruhnya. Di masa Imam Bonjol cuma sebagian kecil rakyat Minangkabau yang bertempur dengan Belanda. Di masa Teuku Umar, cuma rakyat Aceh saja yang berperang. Tetapi sekarang seluruh Jawa sudah bertempur. Seluruh Sulawesi, seluruh Kalimantan, dan seluruh Sumatera sedang bangun serentak mengikuti jejaknya Jawa.

MR. APAL : Perjuangan sekarang ialah perjuangan nasional yang sebenarnya! Inilah yang diimpikan oleh kaum nasionalis semenjak 40 tahun ini.

SI TOKE : Perjuangan Indonesia sudah betul-betul menjadi perjuangan internasional. Dewan Selong menyatakan simpatinya terus terang berpihak Indonesia. Buruh Australia memergoki kapal Belanda yang mengirimkan senjatanya ke Indonesia buat memukul Republik Indonesia. Tentara Australia membantu pemberontak Indonesia di Kalimantan. Rusia dan Tiongkok mengakui Republik Indonesia. Dari Amerika pun terdengar suara simpati dari sebagian penduduk di sana. Begitu pula dari sebagian kaum buruh Inggris. Tetapi Cul, apa jawabnya pertanyaan saya yang bermula? Apa kabar yang paling akhir? Bagaimana keadaan pertempuran kita?

SI PACUL : Semuanya yang direntangkan di atas memang berhubungan rapat dengan keadaan kita sekarang. Tentang keadaan pertempuran lebih kurang amat menyenangkan. Kabar radio dan kabar temanku yang baru kembali dari Surabaya mengatakan bahwa Surabaya yang hampir rusak binasa itu sudah digenangi air. Inggris dan Gurkha-nya boleh terus menduduki Surabaya tetapi tank, truk, dan meriam besarnya baiklah mereka angkut saja ke tempat yang kering. Sebagian besar dari rakyat yang tak ikut bertempur sudah menyingkirkan diri. Biarlah Inggris-Nica dan seluruhnya insyaf bahwa rakyat Indonesia selain jiwa raganya juga siap sedia mengorbankan semua. Katanya buat membela kemerdekaan negaranya. Rakyat Indonesia juga insyaf bahwa di luar kota “mesinnya” tentara Inggris yang modern itu sudah kalah, mustahil berjalan terus!

SI TOKE : Bagaimana keadaan di lain tempat?

SI PACUL : Magelang, bekas benteng Belanda yang dahulu amat kuat itu sudah kita rebut kembali. Tentara Inggris sekarang terkepung dalam rawa, juga benteng Belanda, yang dahulu dianggap kuat. Di Jakarta dan sekitarnya pertempuran hebat terus menerus berlaku. Di Bandung dan sekitarnya, rakyat mendesak ke dalam kota. Di mana-mana gedung besar-besar dipertahankan oleh pemuda dengan gagah berani, di luar dugaan bermula. Di Bandung pemuda-pemuda pun tak ketinggalan. Seringkali Jepang dipakai oleh Inggris melawan Indonesia. Begitu keadaan di Jawa, Sulawesi, Kalimantan, dan Sumatera. Umumnya tentara Indonesia lebih ulung dan lebih berani dari tentara Inggris-Belanda. Tetapi kekuatan senjata tak berbanding. Tank Inggris bermaharajalela di jalan raya, meriam besar mereka tak ada lawannya. Kapal terbang dan kapal perang amat leluasa. Walaupun begitu tak sedikit tank yang ditangkap, kapal perang ditenggelamkan, dan kapal terbang ditembak jatuh oleh prajurit kita. Bermacam-macam senjata, seperti pistol, senapan mitraliur, meriam dll dirampas oleh rakyat jelata dengan bambu runcing, golok dan tinju saja.

SI TOKE : Jadi rupanya rakyat Indonesia dengan tombak bambu, golok dan tinju melawan Inggris-Nica-Jepang yang bersenjata modern buat tentara darat, laut dan udaranya!

SI PACUL : Tetapi ada senjata yang tak ada pada mereka dan ada di pihak kita.

SI TOKE : Apa Cul?    



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ngening