Ada saatnya saya harus merenungi perjalanan hidup hingga sekarang ini, dimana hampir sebagian hidup kita terombang-ambingkan noleh keadaan dan cerita sejarah yang tak putus-putusnya dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Sampai saat ini sudah sejak tahun 1987 saya bergelimpangan dengan berbagai pengalaman yang menuju ke pencaharian diri, rasa ketidak cocokan dengan kondisi dan keadaan sudah sekian lamanya saya nikmati dari saya membujang hingga sekarang sudah beranak 2.
Saat masih bujang dulu ketidakpuasan dengan keadaan saya temui semenjak sekolah di bangku SMA dimana saya menemukan berbagai macam permasalahan hidup yang belum saatnya saya ketahui.
Kebimbangan saya beragama muncul ketika banyak sekali permasalahan umat yang menyimpang dari sisi ajaran dan dimaklumi oleh sekitarnya, sehingga antara dosa, sorga, neraka dan dunia yang akan dating masih merupakan gambaran semu yang tak pernah saya mengerti kala itu. Banyak buku bacaan milik orang tuaku kubaca dan coba untuk mengahayati apakah sebenarnya makna dan tujuan hidup yang saya jalani. Seakan-akan yang dinilai oleh masyarakat dan sekitar adalah keberhasilan dari perjuangan yang dianggap sebagai tontonan belaka. Saya sendiri maklum akan apa yang diinginkan masyrakat tersebut. Sementrara waktu bergulir dari waktu ke waktu hanya untuk menyimpan sejarah orang satu ke yang lainnya atas pekerjaan maupun pemikiran luar biasa yang berpengauh terhadap kehidupan manusia.
Dalam kebimbangan itu saya membaca mengenai beberapa hal mengenai Kejawen dan beberapa buku yang membahas tentang kehidupan supranatural di tanah Jawa ini. Suatu saat saya diperkenalkan kepada aliran kepercayaan Sapta Dharma oleh salah beberapa temanku sehingga untuk beberapa kurun waktu lamanya saya menganut dualisme di dalam melaksanakan kewajiban beribadah. Saya sendiri sadar bahwa kitab suci yang dibawakan oleh para rosul dan nabi itu benar adanya karena semua itu hasil dari pembebasan jiwa yang tulus ikhlas kepada Hyang maha Kuasa sehingga terbukanya masalah dunia dan akhirat.
Saya yakin seyaklin-yakinnya bagaimana saya harus bersikap dan bertindak, karena sebenarnya kehidupan seseorang hanyalah menjalankan cerita yang sudah diskenario sebelumnya agar dapat bertindak atau melakonkan cerita tersebut dengan baik sehingga pada saatnya akan mencapai Nirvana dimana tidak ada lagi cerita yang harus dilakonkan hanyalah kesempatan yang maha luas untuk berkiprah lagi atau tidak di alam dunia ini untuk meluruskan scenario yang telah dibuat sebelumnya.
Jadi apakah sebenarnya kita ini, kita harus sering berbuat dan berpikir serta melaksanakan amanat penugasan pribadi yang dilandasi eling kepada siapa diri kita yang sebenarnya, bukan mencontoh orang lain atau siapapun sehingga muncul keseragaman semu yang harus kita lakonkan,akan tetapi berusaha semampu kita untuk mengetahuio lakon apa yang sebenarnya kala itu yang harus kita mainkan.
Bagaimana caranya? Adalah nafas yang sellalu memberikan dorongan hidup kepada kita selama ini yang tidak pernah kita kenali bagaimana keberadaan dan mekanismenya sehingga apa-apa yang masuk ke dalam diri kita tak pernah terpikir, tersaring maupun terkontrol sebagaimana kita haus dan lapar akan makanan yang kita makan sehari-hari, kalau tidak dalam hal keterpaksaan kebutuhan akan nafas berjalan sebagaimana apa adanya baik di sisni, di sana maupun dimana saja dan apa yang dirasakan oleh masing-masing yang bernafas adalah sama adanya. Tidak ada yang mampu membohongi nya, sedangkan makanan maupun minuman yang kita rasakan akan berakibat secara langsung terhadap ragawi kita, sedangkan nafas tida. Mengapa kita tidak pernah mensyukuri pemberian nafas ini dengan jalan melakukan penelitian diri akan nafas kita sendiri bagaimana dia bias masuk dan keluar dari dalam tubuh kita dan apa saja manfaat nafas terhadap kehidupan kita ini.
Dengan selalu meneliti akan keluar masuknya nafas dalam tubuh kita maka kita akan semakin sadar bahwa banyak sekali hal yang tidak kita manfaatkan dari energi nafas itu, paling tidak kita meneliti secara minimal kemana saja udara yang kita hisap dan keluarkan itu bersirkulasi, apabila benar jalannya nafas itu yang membawa kita ke dalam kehidupan bahagia kenapa tidak dari sekarang kita pelajari nafas kita sendiri untuk mendapatkan manfaat dari apa yang kita teliti dalam pribadi ini. Bagaimana agar kita dapat melakukan ritual nafas dengan benar, manusia tidak pernah dapat pintar sendiri kita harus belajar dari sejarah maupun pendahulu kita sebelumnya yang telah berhasil memanfaatkan energi nafas dan telah dibukukan maupun langsung dari sumbernya.
Apapun ajarannya yang penting apa yang kita laksanakan membuat kita lebih nyaman., tentram dan bertambah energi positip dalam diri kita maka itulah ritual yang sebenarnya. Karena nafas inilah yang mendoronmg nafsu dan perbuatan yang direncanakan oleh otak kita sedangkan raga kita hanyalah sebagai pelaksana dari apa yang diciptakan oleh otak kita tersebut. Sampai dimana kekuatan ini. Apabila kita sudah tahu pemanfaatannya tidak adalah yang sulit di dunia ini karena raga yang bekerja dan nafsu yang mendorongnya disetir oleh hati atau ingsun sejatui atau Hyang Maha Suci sehingga apap-un yang dilakukan dampak yang ditimbulkan hanya kebahagiaan semata.
Karena manusia tak dapat hidup sendiri maka interaksi antara manusia koloni, golongan maupun ras, agama dan sebagainya sehingga mengakibatkan diantara diri mereka seakan terkotak-kotak untuk memenuhi cita-cita kelangsungan masing masing sehingga kadang kala antar insane terjadi benturan, persaingan dan mungkin pembunuhan untuk sekedar memenuhi hasrat kelompok mapun hawa angkaranya itu. Tetapi apabila kita semua saling m,enyadari akan siapa diri kita ini dan selalu atas bimbingan roh suci maka kita yakin tak ada yang sulit di dunia ini.
Kesulitan dan kesengsaraan sebenarnya diciptakan oleh diri kita sendiri karena disetir oleh hawa nafsu yang intinya hanyalah pemenuhan kebutuhan fisik semata baik induvidu maupun kelompok.
Sampai saat ini saya menghormati Bung Karno sebagai pemimpin besar Bangsa Indonesia walaupun banyak cerita yang mendeskridiykan tentang beliau, sayapun menghormati kebudayaan Jawa khususnya yang terkait dengan mistikisme dan seputar kepercayaan orang Jawa terhadap penguasa alam lain di sekitar kehidupan kita yang juga harus bertoleransi sehingga kehidupan spiritual dan materiil bnerjalan bersamaan secara benar dan bersahaja. Apalah kita selalu menganggap bahwa papaun yang ada di muka bumi ini semuanya hanya untuk kebutuhan dan kelangsungan hidup manusia tanpa memperhatikan lingkungan sekitarnya baik makrokosmos maupun mikrokosmos. Dengan arogansi yang seperti itu maka tidak heran akan terjadi berbagai bencana alam yang terpuruk oleh akibat kita sendiri yang semena-mena mengeksploatisir keberadaanya sehinmgga kerusakan ada dimana-mana. Apa sih untungnya dengan mengejar hangkara murka sesaat itu. Apakah kita tidak pernah berpikir bahwa di masa mendatang anak dan cucu kita akan sangant membutuhkan kehidupan yang kita alami dan nikmati seperti saat ini. Akan dapat apakah mereka apabila ternyata hasil alam dan usaha yang dilakukan pendahulunya adal;ah hanya untuk membuat mereka celaka. Kadang untuk hal tersebut kita selalu bercemooh dan menganggap hal tersebut tak perlu dirisaukan tapi apakah kegiatan pengrusakan ini dibenarkan oleh penerus kita apabila mereka mengalami kesulitan yang tak p[erlu itu. Apa saja yang kita harus lakukan untuk menjaga keselarasan dan kesejahteraan dunia. Hanya kesadaran diri. Itu saja jawabannya sapa sira sapa Ingsun. Ingsun sejatining Ingsun ya Ingsun sing lenggah ana badanira.
Dalam kesulitan yang saya hadapi seperti sekarang ini saya hanya dapat pasrah kepada Hyang Maha Kuasa karena sedikitnya pengalaman dan waktu serta biaya untuk dapat mengikuti dan mencari sang Satriya pemimpin umat mudah-mudahan dengan saling berbagi informasi dan mengikuti jejak-jejak pelaku pencari satriya utama dapat memberikan obat bathin bagi diriku. Berbagai cemoohan dan cercaan dari sahabat dan saudara tidak saya hiraukan karena saya yakin bahwa hal tersebut pasti akan terjadi walaupun waktunya saya sendiri tidak tahu. Dengan apa yang saya lakukan mudah-mudahan mempercepat waktu tersebut sehingga keterpurukan dapat sirna berganti dengan rasa bahagis dan suka ria untuk alam semesta.
Duh Gusti Ingkang Murbeng Dumadi mugi mugi sing tak laksanaaken menika sagaed gancar lan lancer kalis inmg sambikala. Kemungkinan apa saja yang terjadi dengan alam Indobnesia sekarang ini. Kemana saja kekayaan yang kita miliki semenjak kejayaan Mataram Kuna, Majapahit, Pajajaran, sriwijaya dan Mataram. Apakah semua itu kandas begitu saja ataukah menunggu waktu untuk kejayaan di masa datang. Kita yakin kita adalah bumat dunia dimana bangsa satu dan lainnya berbeda visi, misi dan cita-cita. Tapi apakah harus alam yang dikorbankan demi kepuasan tersebut. Apa yang akan kita rencanakan untuk kehidupan anak dan cucu kita di masa dating : bencana dan nestapa serta berbagai penyakit baru hasil olah cipta manusia karena kerakusan dan keserakahan mereka itu.
Sampai saat ini tidak ada yang bias saya banggakan terhadap bangsa ini mungkin terhadap diri kita sendiri, saya tidak dapat tegas unyuk mengarahkan dan membimbing diri saya sendiri sehingga sering terjadi masuk dalam dosa berkali-kali dosa terhadap pribadi maupun terhadap lingkungan. Demikianlah renungan malam saat ini dalam kesempatan lain akan ada renungan atas kerenteg ati yang sedang berkobar. Semoga Tuhan membimbing saya dalam kebenaran. Bacaan lebih lanjut
Amien
A. Rahadian
Hari Sabtu, tgl. 20 Mei 2006
Tidak ada komentar:
Posting Komentar